1  All About Me

1.1 Awal Perjalanan

Halo, aku Lukman. Sejak kecil, aku selalu punya rasa ingin tahu yang besar tentang banyak hal. Aku bukan tipe anak yang gampang puas dengan satu jawaban; kalau ada sesuatu yang bikin penasaran, aku bakal cari tahu sampai benar-benar paham. Pernah suatu kali aku iseng membongkar jam tangan tua bapak, cuma buat ngerti mekanismenya, akhirnya malah copot semua gear-nya, tapi aku senang karena ngerti cara kerjanya! Momen-momen kecil kaya gini bikin aku belajar bahwa kadang jatuh itu bagian dari proses memahami dunia.

Aku tumbuh dengan banyak pengalaman yang pelan-pelan membentuk cara pandangku terhadap dunia. Ada momen-momen kecil yang mungkin bagi orang lain nggak signifikan, tapi buatku justru jadi fondasi penting—misal, waktu aku bantu teman yang baru pindah kos, cuma dengerin dia curhat semalam suntuk; aku sadar, kadang daya tarik seorang teman bukan soal prestasi, tapi kemampuan kita buat hadir dan mendengar.

1.2 Tentang Aku

Aku orangnya reflektif dan gampang mikir hal-hal kecil. Kadang aku bisa diem lama cuma buat merenungkan satu kejadian, satu kalimat, atau ekspresi orang. Humor juga penting buatku—misal, aku pernah panik karena salah kirim chat ke dosen, rasanya pengen nyebur ke kolam, tapi sekarang aku cuma ketawa sendiri. Humor kecil seperti ini bikin interaksi sehari-hari terasa lebih ringan, sekaligus ngebuka cara aku berkomunikasi dengan orang lain.

Aku juga cukup perfeksionis dalam beberapa hal. Kalau ngerjain sesuatu, aku pengen hasilnya maksimal, meskipun kadang bikin aku kelelahan. Tapi aku sadar, hidup bukan soal kesempurnaan, tapi gimana kita bisa tetap melangkah. Aku belajar buat lebih nerima diri sendiri, dengan segala kekurangan dan kelebihannya—dan itu bikin cara aku berinteraksi dengan orang lain lebih tulus, karena aku nggak terlalu takut dinilai salah.

1.3 Perjalanan Akademik

Perjalanan akademikku nggak selalu lurus. Ada masa-masa capek, stuck, dan ragu sama diri sendiri. Tapi ada juga momen bangga karena berhasil melewati sesuatu yang dulu kupikir mustahil. Kuliah ngajarin aku bahwa komunikasi itu bukan cuma soal ngomong; mendengar aktif, merespon dengan empati, dan memahami konteks orang lain itu sama pentingnya.

Aku belajar lebih disiplin, mengatur waktu, dan nggak gampang nyerah. Banyak hal yang awalnya bikin stres, sekarang jadi pelajaran berharga. Misal, waktu presentasi kelompok pertama, aku sempat salah paham sama teman tentang siapa yang bawain materi. Awalnya panik, tapi akhirnya kami ketawa bareng sambil belajar cara koordinasi lebih efektif. Pengalaman ini bikin aku sadar: kemampuan berkomunikasi itu bisa bikin situasi berat jadi ringan, dan hubungan antar manusia lebih hangat.

1.4 Hal-hal yang Aku Sukai

Di luar akademik, aku suka musik malam-malam, rasanya kaya ngobrol sama diri sendiri lewat nada dan lirik. Aku juga suka nulis cerita atau curhatan, karena itu bikin aku lebih reflektif dan sadar sama perasaan sendiri maupun orang lain. Aku suka ngamatin orang; bukan kepo, tapi menikmati cara setiap orang punya keunikan masing-masing. Gesture kecil, ekspresi, atau reaksi mereka bikin aku belajar banyak soal interaksi interpersonal.

Aku pernah ketawa sendiri liat teman kuliah yang panik karena salah baca slide, atau waktu aku dan teman saling balas chat ngawur. Humor-humor kecil ini bikin aku sadar: hubungan manusia itu nggak selalu serius, dan kemampuan untuk mencairkan suasana itu bagian dari daya tarik interpersonal yang penting.

1.5 Refleksi Pribadi

Kalau ngeliat ke belakang, aku bersyukur sama semua proses yang udah aku lewatin. Meski jatuh, semua itu bikin aku lebih peka, lebih kuat, dan lebih ngerti siapa diriku. Aku belajar bahwa komunikasi itu bukan cuma soal kata-kata, tapi juga cara kita hadir untuk orang lain. Misal, mendengar teman curhat tanpa menilai, atau mampu menahan diri dari reaksi impulsif, bikin hubungan lebih hangat dan tulus.

Aku masih jauh dari kata “selesai,” tapi aku sadar satu hal: aku jalan bukan cuma buat nyenengin orang lain, tapi juga buat bahagiain diri sendiri. Setiap momen lucu, gagal, atau membingungkan, adalah latihan buat jadi versi diri yang lebih bijaksana, lebih sabar, dan lebih empatik.

Aku percaya setiap orang punya waktunya masing-masing. Aku pelan-pelan ngebangun hidup yang aku pengen, versi diriku sendiri. Dan yang paling penting, aku belajar bahwa daya tarik sejati bukan cuma soal tampil menarik, tapi kemampuan memahami, menghargai, dan hadir secara tulus bagi orang lain.